Makanan Khas Buton tengah

 

6 Makanan Khas Buton Tengah yang Terkenal & Wajib Dicoba

Makanan khas Buton Tengah yang terkenal menghadirkan cita rasa autentik dan unik, menjadikannya hidangan yang wajib dicoba saat berkunjung.

Makanan khas Buton Tengah pada dasarnya tidak jauh berbeda dari kuliner di kabupaten Buton bagian lain. Masyarakat setempat masih mempertahankan resep warisan dari leluhur mereka.

Meski beberapa makanan tradisional sudah jarang ditemui, namun wisatawan cukup beruntung jika bisa bertemu salah satunya.

Bagi wisatawan, pengalaman mencicipi makanan unik di Buton Tengah pasti akan membuat mereka takjub. Dibutuhkan waktu yang tidak singkat untuk menyesuaikan dengan citarasa lidah kita dengan beberapa makanan khas daerahnya.

Oleh karena itu, jika Anda memiliki waktu untuk menjelajah tempat wisata di Buton Tengah, wisata kuliner menjadi sebuah hal yang tampaknya harus dilakukan sekalian.

1. Sinole



Sinole adalah makanan khas Buton Tengah yang dibuat dari bahan dasar ubi kayu. Bagi masyarakat setempat, ubi kayu merupakan hasil alam yang dimanfaatkan sebagai makanan pokok pengganti nasi.

Bahkan di jaman dahulu, ketika musim paceklik tiba dan para petani gagal memanen padi, mereka beralih ke ubi kayu untuk diolah sebagai makanan pokok. Salah satu olahan ubi kayu yang menjadi makanan pokok adalah Sinole. Proses pembuatan Sinole dimulai dengan memilih ubi kayu berukuran besar dan sudah cukup usia.Ubi kayu yang sudah diseleksi kemudian dijemur dan diparut hingga menjadi tepung beras yang agak kasar. Hasil parutan ubi kayu kemudian langsung disangrai di atas wajan panas dan ditambah dengan kelapa parut secara perlahan.

Proses memasak yang cukup lama membuat kelapa dan ubi kayu parut menyatu menjadi gumpalan-gumpalan kecil, bahkan terlihat seperti butiran kecil. Rasanya sedikit hambar, namun memiliki aroma kelapa yang membuatnya lebih gurih. Masyarakat mengkonsumsi Sinole dengan aneka lauk pauk lain.

2. Kasuami



Satu lagi makanan yang terbuat dari ubi kayu. Kasuami juga dibuat berdasarkan latar belakang yang sama, yakni minimnya produksi beras ketika musim paceklik. Kasuami tidak hanya menjadi kuliner khas Buton Tengah saja, tetapi juga kuliner khas di Buton, Mina dan beberapa daerah di Sulawesi Tenggara.

Kasuami juga identik sebagai pengganti nasi karena sering dikonsumsi dengan lauk pauk dan sayuran. Rasanya yang hambar paling nikmat jika disiram dengan kuah ikan atau sayuran berkuah lain. Bentuk Kasuami yang pada langsung hancur perlahan ketika terendam di dalam kuah ikan.

Proses pembuatannya dimulai dengan mengeringkan ubi kayu, lalu diparut atau digiling hingga menjadi tepung. Hasil parutan tersebut kemudian disaring menggunakan ayakan yang akan memisahkan butiran halus dan kasar.

Biasanya hasil ayakan dimasukkan dalam wadah berbentuk kerucut lalu dikukus hingga matang. Hasilnya Kasuami lebih padat dan agak keras. Namun inilah tujuan utamanya karena Kasuami justru bisa tahan lama.

Bagi masyarakat jaman dulu, Kasuami adalah makanan pokok yang praktis karena selain tinggal makan,Kasuami juga bisa dibawa sebagai bekal melaut atau pergi ke hutan.

3. Kambewe Gola



Makanan khas selanjutnya adalah Kambewe Gola. Secara bahasa, “kambewe” ini merupakan sebutan bagi makanan yang dibungkus dengan daun kelapa atau kulit dari jagung.Sedangkan “gola” memiliki arti gula. Jadi kambewe gola ini merupakan makanan khas Bunton Utara yang memiliki bahan utama biji jagung muda.

Hal ini dikarenakan, selain bekerja sebagai nelayan, masyarakat buton juga berkebun, salah satunya bercocok tanam jagung dan menjadikannya sebagai makanan pokok utama masyarakat sekitar.

Adapun biji jagung muda untuk membua Kambewe Gola ini harus berumur 70 hari. Sebab, pada umur tersebut, jagung akan terasa manis dengan tekstur yang tidak terlalu keras namun juga tidak terlalu lembek.

Biji jagung ini nantinya dimasukkan ke mesin penggilingan dan dicampurkan dengan gula merah sampai merata. Kemudian, rebus Kambewe Gola ke dalam panci.

Ketika sudah matang, kambewe gola ini memiliki tekstur yang padat dan renyah dan berwarna merah kecoklatan dengan rasa yang manis.

4. Tuli-tuli





Ayo kita kembali ke menu makanan khas Buton Utara berbahan ubi kayu. Tuli-tuli ini merupakan makanan khas berupa gorengan yang sangat nikmat.

Makanan yang memiliki bentuk seperti angka delapan ini memiliki rasa yang gurih. Apalagi jika dinikmati bersama dengan sambal goreng, tentunya menjadikan tuli-tuli ini memiliki rasa yang sangat lezat.

Untuk cara pembuatannya sendiri, silahkan Anda ambil beberapa batang ubi kayu. Ubi kayu tersebut dihaluskan dengan proses diparut. Hasil parutannya ini dimasukkan ke dalam kain bersih dan ditekan hingga adonan mongering.

Setelah dikeringkan, adonan di belah menjadi 2 bagian. Bagian pertama adalah adonan dicampur dengan irisan bawang, garam, dan air, lalu di panasi sampai kental.

Adapun adonan yang telah kental tersebut nantinya dicampur dengan parutan ubi yang telah kering. Adonan pun siap dibentuk seperti angka delapan.

5. Kapusu



Makanan khas Buton Tengah memang berazaskan kuliner tradisional yang memanfaatkan hasil komoditas pertanian. Selain ubi kayu, masyarakat setempat juga memanfaatkan jagung sebagai makanan pokok pengganti nasi.

Akhirnya terciptalah Kapusu, yakni bubur jagung yang biasanya dimasak dengan campuran santan hingga teksturnya berubah sedikit lengket dan kental. Jenis jagung yang digunakan adalah jagung putih, namun tidak jarang masyarakat juga menggunakan jagung kuning untuk membuat Kapusu.

Kapusu paling nikmat disantap di pagi hari atau di saat musim hujan tiba. Rasa manis dari jagung dan gurihnya santan membuat kita tidak akan bosan menyantap Kapusu.

Perpaduan rasa yang pas juga tidak membuat perut eneg. Justru menyantap Kapusu saat cuaca dingin terasa lebih nikmat karena bisa langsung menghangatkan badan.

Pada jaman dahulu, masyarakat Buton mengkonsumsi Kapusu apa adanya. Namun kini kita bisa mendapati Kapusu untuk disantap dengan beragam jenis sayuran dan lauk pauk. Atau jika suka manis, Anda bisa menambahkan gula aren cair sebagai penyedap. Hmm… mantap!

6. Parende



Selain menggunakan bahan dari alam, makanan khas ini juga memanfaatkan ikan yang merupakan hasil tangkapan nelayan yang melimpah. Suku Bajo merupakan salah satu suku yang dikenal karena profesinya sebagai nelayan tangguh. Bahkan kampung-kampung suku Bajo sering ditemui berjejer rapi di tepi pantai dengan ciri yang sangat khas, yakni rumah panggung yang bergandeng-gandeng

Parende merupakan santapan spesial karena sup kuah ikan ini memiliki rasa yang sangat nikmat. Meski bumbunya sederhana, wisatawan bisa langsung jatuh cinta ketika mencobanya. Apalagi aroma kuah dan rasa bumbu rempah yang pas membuat Parende memiliki rasa yang ringan dan tidak terlalu membekas di mulut.

Bagi masyarakat Buton Tengah, Parende adalah perpaduan terbaik untuk Kasuami, Sinole, dan juga Kapusu. Rasa asam pedas dan segar dari kuah Parende terasa pas di lidah ketika bertemu dengan Kapusu, Sinole,

atau Kasuami yang memang memiliki rasa yang hambar.

Bagi wisatawan, dibutuhkan penyesuaian untuk bisa menikmati perpaduan Kasuami dan Parende, karena mungkin selama ini terbiasa menyantap sup ikan dengan nasi. Namun setelah percobaan pertama, dijamin Anda pasti sudah bisa menemukan letak kenikmatan akan perpaduan dari Parende dan Kasuami, Kapusu, atau Sinole.


Komentar